
Kali ini aku pengen bicarain soal rasa percaya dan iman. Iman di sini dengan catatan tidak membatasi pada ruang agama apapun; hanya iman yang kita miliki, yang kita praktekkan sehari-hari.
Berapa kali dalam hidup kita berani benar-benar meletakkan rasa percaya kita pada Tuhan tentang hal apapun itu? Pendidikan, pekerjaan, pilihan hidup, pasangan hidup apalagi; hidup kita, lah, secara keseluruhan. Hal-hal yang penting, sampai mungkin hal yang kecil contohnya apa yang kita akan makan, ke mana kita sedang berjalan melangkah. Beberapa mungkin dengan PD-nya berpikir bahwa mereka sudah berbuat demikian.
Mari kita lihat.
Pernahkah kita merasa takut tentang hal yang belum terjadi dalam hidup kita? Atau saat kita gak tahu mau pilih jurusan apa, saat kita sedang mencari pekerjaan, saat kita sedang dalam perasaan bimbang tentang orang yang kita sukai. Mungkin rasa takut akan hal yang klise: aduh nanti kuliah gimana ya; dipanggil interview job gak ya; dia suka sama aku gak ya.
Pastinya pernah. Sebagai manusia sangatlah manusiawi kalau kita punya rasa takut. Malah dikatakan manusia yang tidak merasakan perasaan takut adalah manusia yang tidak normal. Manusia punya keterbatasan. Manusia tidak tahu-menahu tentang hal yang akan datang. Bahkan hal yang paling besar hingga kapan ajal kita tiba pun kita tidak tahu. Hal ini mengingatkan aku pada mendiang sahabatku yang terlibat dalam insiden pesawat AirAsia, Desember 2014 yang lalu. Sempat aku terpikir sebulan setelah kepergiannya, apa dia pernah terpikirkan bahwa ia akan pergi dengan cara seperti itu?
Kita hanya memiliki ekspektasi mengenai hal-hal yang akan datang dalam hidup kita. Kita bisa saja sedang merasakan rasa bahagia amat sangat dan sedetik kemudian suatu hal dapat menimpa kita dan mengubah hidup kita seketika.
Aku sendiri merenungkan, banyak sekali ketakutan yang ada pada diriku; mengenai masa depanku terutama. Tapi tidak banyak yang bisa kulakukan. Pada prakteknya, aku biasanya akan berdoa pada Tuhan: Tuhan, tolong dong, buat jadi seperti ini-ni-ni-ni; aku maunya begitu; dan sebagainya. Aku sendiri jarang sekali benar-benar meletakkan rasa percayaku pada tangan Tuhan.
Pada umumnya sulit karena kita ga benar-benar tahu apa sih yang akan Tuhan buat dalam hidup kita. Lah, padahal saat keadaan normal ketika Tuhan mengizinkan sesuatu terjadi pada kita saja, kita masih protes. "Duh, Tuhan, kok gini, sih." "Aduh Tuhan, gak mau kayak gini. Maunya sama dia aja." dan berbagai macam faktor lainnya.
Pertanyaannya sekarang: sampai pada titik mana kita akan menyadari bahwa sebenarnya Tuhan lah yang bisa melihat jauh ke depan apa yang Ia buat pada diri kita; apa yang telah direncanakanNya pada kita? Apa pilihan-pilihan yang Ia sediakan bagi kita untuk kita pilih dan, pun demikian apapun yang kita jatuhi pilihan tersebut masih merupakan bagian dari rencana besarNya?
Bukan perkara mudah memang bicara soal iman, tapi kukira, itulah saat di mana iman bekerja. Iman ada karena kita tidak tahu-menahu apa yang akan datang; iman ada karena kita ada rasa takut. Iman itu memberanikan kita. Tapi gimana sih iman yang baik itu?
Iman itu percaya 100% kalau Tuhan sudah membimbing kita menuju jalan yang Dia berikan ke kita dan semuanya baik. Kita bebas dari rasa kuatir karena kita tahu Tuhan tidak pernah menjatuhkan kita. Kita hanya perlu kuatir saat kita tidak percaya. Pada saat kita tidak percaya, iman kita kabur dan kita dibutakan rasa takut. Rasa takut ini menyesatkan kita, mengacaukan pikiran kita sehingga bukannya kita menuju jalan yang kita harap baik, malah menjadi buruk. Bahkan mungkin sebenarnya kita sudah ada pada pilihan yang tepat, opsi yang cocok, tempat yang terbaik; tetapi kita gagal untuk melihat dan memahaminya karena kita melulu protes dan tidak mau percaya.
Ketika kita berhasil beriman dan percaya pada Tuhan, kita akhirnya dapat melihat rancangan Tuhan adalah sempurna bagi kita, kita bisa mensyukuri bahwa hal tersebut dapat terjadi pada kita bahkan ketika hal tersebut adalah kemalangan.
Pun pula ketika kita, saat ini juga, masih dalam kebimbangan dan rasa takut, kita harus tetap menjaga pikiran kita tetap bersih dengan meletakkan sepenuhnya hidup kita dalam tangan Tuhan. Kenapa? Agar kita tidak dikaburkan dan dibutakan rasa takut yang malah bisa menyesatkan kita, menulikan kita dari bimbingan Tuhan. Malah bisa saja kita hanya paranoid, padahal sebenarnya keadaan baik-baik saja?
Ini sharing dariku, semoga bermanfaat buat kalian yang membacanya. :)
No comments:
Post a Comment